Bobot dan kualitas kitab telah diakui oleh para ‘ulama setelah Al-Hafizh Ibnu Hajar. Walaupun ringkas dan hanya memuat pokok-pokok hadits hukum tetapi kitab ini telah menjadi salah satu rujukan penting di zaman ini dimana para ‘ulama memberikan perhatian khusus dalam men-syarah dan menguraikan hukum-hukum fiqh yang terkandung di dalamnya.
Dan wajarlah kalau kitab ini sangat populer di seluruh lapisan para penuntut ilmu, baik itu dikalangan para penuntut ilmu hadits maupun dikalangan penuntut ilmu yang mendalami madzhab-madzhab fiqih yang terkenal seperti madzhab yang empat, Hanafy, Maliky, Syafi’iy, Hambaly dan lain-lain.
Terdorong oleh hal ini dan sebagai nasihat bagi ummat untuk kembali mempelajari syari’at Islam serta upaya untuk menghidupkan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ’ala alihi wa sallam yang banyak dianggap asing di zaman ini, maka kami akan berusaha untuk menyajikan kepada para pembaca yang budiman kitab Bulughul Maram disertai dengan syarah (penjelasan) ‘ilmiyah yang menguak kandungan-kandungan fiqh yang terpendam dalam sabda Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam yang agung dan juga disertai dengan takhrij ‘ilmiyah yang menjelaskan derajat setiap hadits berdasarkan timbangan para ‘ulama ahli hadits.
Harapan kami, mudah-mudahan amalan ini ikhlas mengharap wajah-Nya yang Mulia dan bermanfaat untuk Islam dan kaum muslimin, amin…. Ya Mujibas-sailim.
Metode Syarah
Dalam men-syarah Bulughul Maram kami menempuh beberapa metode sebagai berikut :
1. Pada setiap judul kitab dan judul bab yang disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar, akan kami jelaskan makna dan maksudnya dikalangan para ‘ulama fiqh supaya bisa dipahami kandungan judul kitab dan bab tersebut secara global.
2. Kemudian akan kami sebutkan hadits-hadits yang disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar satu persatu menurut urutan nomor yang dipakai dalam kitab Bulughul Maram tahqiq Samir bin Amin Az-Zuhairy. Cetakan Maktabah Ad-Dalil, Saudi Arabiyah.
3. Pada setiap penyebutan hadits, mula-mula kami uraikan derajat dan takhrij hadits tersebut kemudian kami sebutkan sababul wurudul hadits (sebab datangnya hadits itu dari Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam) kalau memang hadits tersebut mempunyai sababul wurud lalu kami terangkan Lughatul hadits (penjelasan kata-kata dalam hadits) dan kami tutup dengan menguraikan kandungan pelajaran yang dapat dipetik dari hadits.
4. Titik penekanan dalam syarah ini adalah istimbath (memetik) hukum-hukum dan faidah-faidah dalam hadits. Adapun takhrijul hadits, kami telah menguraikannya dengan lengkap sesuai dengan batas pengetahuan dan pemeriksaan dalam cacatan tersendiri. Tapi syarah ini, akan menjadi panjang dan sulit difahami oleh sebagian pembaca bila "takhrij lengkap" itu kami tuliskan disini. Karena itu takhrij tersebut kadang diringkas sambil menjaga mutu dari takhij itu sendiri.
5. Dalam istimbath hukum-hukum dan faidah-faidah dari hadits, kami akan menguraikannya dengan selengkap mungkin sebab hal tersebut merupakan inti manfaat yang diharapkan dari silsilah syarah Bulughul Maram ini. Wallahu Al-Muwaffiq wa ‘alaihi at-tuklan wal musta’an.
Istilah Khusus Al-Hafizh Ibnu Hajar Dalam Bulughul Maram
Al-Hafizh Ibnu Hajar memakai beberapa istilah yang khusus beliau gunakan dalam “Kitab Bulughul Maram” ini. Istilah-istilah itu beliau terangkan dalam Muqaddimah (pengantar) Kitab Bulughul Maram. Kesimpulannya sebagai berikut :
1. As-Sab’ah (yang tujuh) maksudnya dikeluarkan oleh Ahmad, Al-Bukhary, Muslim, Abu Daud, An-Nasa`i, At-Tirmidzy, dan Ibnu Majah.
2. As-Sittah (yang enam) maksudnya semua yang di atas kecuali Ahmad.
3. Al-Khamsah (yang lima) maksudnya semua dari As-Sab’ah kecuali Al-Bukhary dan Muslim dan kadang-kadang Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakannya dengan kata dikeluarkan oleh Al-Arba’ah (yang empat) dan Ahmad.
4. Al-Arba’ah (yang empat) maksudnya semua dari As-Sab’ah kecuali tiga orang yang pertama (Ahmad, Al-Bukhari, dan Muslim).
5. Ats-Tsalatsah (yang tiga) maksudnya semua dari As-Sab’ah kecuali tiga yang pertama dan yang terakhir atau dengan kata lain Ats-Tsalatsah adalah Abu Daud, An-Nasa`i, dan At-Tirmidzy.
6. Muttafaqun ‘alahi (disepakai atasnya) maksudnya riwayat Al-Bukhary dan Muslim. Kadang-kadang dalam suatu hadits, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan “Muttafaqun ‘alaihi” padahal dari As-Sab’ah selain dari Al-Bukhary dan Muslim ada juga yang meriwayatkannya tapi Al-Hafizh sengaja tidak menyebutkannya.
7. Penggunaan dari selain enam istilah di atas akan diterangkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dengan langsung menyebutkan namanya.
source: http://www.an-nashihah.com/?page=artikel-detail&topik=&artikel=7
No comments:
Post a Comment