Thursday, January 2, 2014
Beritahukan Kepadaku, Atas Dasar Apa Pesta Pora Ini...?
Atas dasar apa seseorang pesta pora dengan pergantian tahun? Usia bertambah? Bukankah itu artinya berkurang jatah…?
Jika waktu-waktu yang kita lalui berisi kebaikan, bukan pesta pora dan hura-hura untuk memberikan apresiasi…Tapi syukur penuh harap agar kebaikan-kebaikan tersebut Allah terima dan berkati…
Jika waktu-waktu sebelumnya penuh catatan hitam, logiskah jika disambut dengan hura-hura dan pesta pora di tengah malam?
Seorang salaf ketika melihat orang-orang berpesta pada hari Ied berkata; Jika sebelumnya mereka beribadah, bukan begitu kebahagiaan orang yg beribadah… jika sebelumnya merek bermaksiat, pantaskah pesta utk perbuatan laknat..?
“Masyarakt butuh hiburan..” kata sebagian orang… Kenyataannya, masyarakat setiap hari sudah dijejali berbagai hiburan… bahkan pengajian pun tak sepi dari hiburan..
Sesungguhnya…yang dibutuhkan masyarakat bukanlah hiburan…. tapi hakekat kebahagiaan…
Hal yang kian lama kian hilang tertutup budaya hedonis yang dipaksakan. Dimalam bergembira ria, di pagi hari bagai orang buta…
Seorang salaf berkata menanggapi para bangsawan yang kesana-kemari mencari kesenangan…
“Seandainya mereka tahu kebahagiaan yang ada pada kami, niscaya akan mereka rampas kebahagiaan itu dari kami dengan pedang-pedang mereka..”
Dalam realitas sosial pun sulit dicari makna; Atas nama apa pesta pora dan hura-hura diadakan dalam pergantian tahun…
Apakah atas banjir yang tak kunjung teratasi, kemacetan yang tak ada solusi, korupsi yang menjadi-jadi, kemiskinan yang kian mewarnai… atau apa?
Sementara jauh disana saudara-saudara kita menjerit-jerit butuh pertolongan, kedinginan dalam ketakutan… lagi-lagi… atas nama apa, pesta pora ini..?
Ketika sebagian orang berinisiatif mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk membantu saudara kita di Suriah, Gaza atau Rohingya…
Kalian bilang cari sensasi atau tidak peduli nasib bangsa sendiri. Lalu apa yang kalian katakan dengan milyaran uang yang kalian bakar atas nama sebuah pesta…
Beritahukan kepada kami, apa makna terompet yang kalian tiup, kembang api yang kalian bakar, dan joget-joget di panggung gembira….?
Mengapa ketika berhadapan dengan ayat-ayat Allah banyak yang kritis berlogika sementara dengan khurafat pesta tahun baru banyak yang tunduk tak berdaya..?
Kalau fenomena ini tidak dikatakan ‘kebodohan’…ungkapan apalagi yang sebaiknya saya katakan…
Sahabat, ku berharap engkau tidak berada di sana malam ini.
Kita cuma punya hidup sekali, apa yang baru saja kita lakukan sudah jadi masa lalu. Yang abadi hanya hidup yang dilalui di atas jalan Allah…
DR. Thariq Suwaidan: Harapan tidak dibangun di atas perayaan-perayaan. Tapi oleh kemauan kuat dan rencana matang…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment